Ibnu Qutaybah lahir pada tahun 213 di Kufah. Ia adalah salah satu sejarawan keturunan Persia dan bernama lengkap Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaybah ad-Dainuri. Meskipun berasal dari Persia, Ibnu Qutaybah tidak menghabiskan banyak waktu di tanah kelahirannya. Ia justru memilih tinggal di Baghdad sembari belajar ilmu hadits, fikih, bahasa, tafsir, tata bahasa, sastra, dan sejarah. Setelah membekali dirinya dengan berbagai ilmu, Ibnu Qutaybah meninggalkan Baghdad menuju sebuah daerah di dataran tinggi Dainur. Di tempat ini, Ibnu Qutaybah menyelesaikan beberapa bukunya.
Semasa hidupnya, Ibnu Qutaybah menghasilkan sejumlah buku sejarah. Karya-karyanya antara lain: al-Anwa' al-Ma'ani al-Kabir, Syakluk Qur'an, Gharibul Qur'an, Ta'wil Mukhtalif al-Hadis, Fadlul Arab, al-Syi'ru wa al-Syu'ara, Uyun al-Akhbar, al-Ma'arif, dan al-Radd 'Ala Jahmiyah wa al-Muasyabbihah. Dari semua karyanya itu, Uyun al-Akhbar dianggap sebagai karya sastra pilihan. Buku ini terbagi atas empat jilid. Jilid pertama membahas masalah kekuasaan, perang, kebangsaan, dan keningratan. Jilid kedua membahas tentang etika, perwatakan, pengetahuan, sejumlah khutbah yang terkenal dalam sejarah Islam, dan beberapa nasihat hidup yang berharga. Jilid ketiga membahas masalah persaudaraan dan hubungan sosial kemasyarakatan. Sementara itu, jilid keempat khusus membahas masalah perempuan.
Dalam Uyun al-Akhbar, Ibnu Qutaybah juga memasukkan sejumlah ungkapan yang dikutipnya dari buku Persia dan India, dari orang Yahudi dan Nasrani, serta dari peradaban Yunani dan Arab. Ibnu Qutaybah telah membaca sejumlah kitab suci, seperti Taurat dan Injil, dan mengutip beberapa perkataan bijak yang ada di dalamnya. Tak hanya itu, ia juga banyak mengutip pendapat para pendeta dan rahib, mengutip doa Isa, Daud, dan Yusuf, serta mengutip secara utuh beberapa paragraf dari kitab suci. Hal inilah yang menyebabkan nama Ibnu Qutaybah dikenal sebagai seorang sastrawan yang ahli menggabungkan unsur budaya dan agama dalam sebuah karya. Selain itu, Ibnu Qutaybah juga dikenal sebagai penulis yang menyenangi humor. Dalam Uyun al-Akhbar, ia menyelipkan beberapa humor dengan tujuan menghibur para pembacanya. Akan tetapi, pada halaman selanjutnya ia mereasa tidak enak dengan humornya itu dan meminta maaf kepada para pembaca. Ia memberi alasan bahwa melucu adalah perbuatan halal, kecuali dilakukan ketika sedang mengkaji alquran, hadits, dan hukum agama. Selanjutnya, ia berbicara tentang dunia dan seluk beluknya, juga tentang cara membangun akhlak yang mulia.
Salah satu karya Ibnu Qutaybah sempat memicu kontroversi sejumlah orang, yang kemudian membuat keyakinannya dipertanyakan. Kontroversi tersebut bersumber dari sebuah tulisan dalam bukunya yang berjudul Musykil al-Qur'an. Tulisan tersebut berbunyi, "Dahulu, para sahabat Rasulullah saw. adalah pelita di bumi. Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang membaca alquran hingga dua, tiga, atau empat surat, bahkan ada yang hanya membaca satu baris. Tidak semua Khulafa al-Rasyidin membaca alquran hingga tamat, kecuali Usman. Al-Sya'bi bersumpah bahwa Ali bin Abi Thalib meninggal dunia dalam keadaan tidak hafal alquran."
Namun, terlepas dari kontroversi tersebut, Ibnu Qutaybah adalah seorang penulis yang telah menyumbangkan sejumlah karya yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu sejarah dan geografi.
0 komentar:
Posting Komentar