Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari dirumah Aminah, sesuai sama sama juga dengan rutinitas kebiasaan Arab jika perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Kemudian mereka geser bersamaan ke keluarga Abd'l-Muttalib. Tidak seberapa lama lalu Abdullahpun pergi dalam satu usaha perdagangan ke Suria dengan meninggalkan istri yang dalam situasi hamil. Tentang ini terus terdapat beberapa info yang berbeda : adakah Abdullah kawin lagi tidak cuma dengan Aminah ; adakah wanita lain yang datang menawarkan diri kepadanya? Jadi tak ada gunanya menyelidiki keterangan-keterangan sejenis ini. Yang pasti yaitu Abdullah yaitu seorang pemuda yang tegap dan tampan. Tidak cuma hal yang luar umum apabila ada wanita lain yang ingin jadi istrinya tak hanya Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu hilanglah harapan yang lain walau untuk sebentar. Siapa tahu, barangkali mereka terus menunggu ia pulang dari perjalanannya ke Syam untuk jadi istrinya di samping Aminah.
Dalam perjalanannya itu Abdullah tinggal selama sebagian bln.. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali lagi. Lalu ia bertandang ke tempat saudara-saudara ibunya di Madinah hanya beristirahat sesudah jadi letih selama dalam perjalanan. Kemudian ia akan kembali pulang dengan kafilah ke Mekah. Walaupun sekian lalu ia memikul derita sakit ditempat saudara-saudara ibunya itu. Kawan-kawannyapun pulang lebih dahulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan berita sakitnya itu pada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
Demikian berita sampai pada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith - anaknya yang sulung - ke Madinah, supaya membawa kembali apabila ia sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Madinah ia tahu sebenarnya Abdullah sudah meninggal dunia dan sudah dikuburkan juga, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah. Kembalilah Harith pada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan seseorang suami yang hingga saat ini jadi harapan kebahagiaan hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib betul-betul sayang kepadanya hingga penebusannya pada Sang Berhala yang demikian rupa belum pernah berjalan di grup beberapa orang Arab sebelum akan itu.
0 komentar:
Posting Komentar